Senin, 25 Mei 2009

Coban Pelangi

Malang, tepat jam 06.20 saya dan istri berangkat menuju Tumpang Lewat jalur tengah atau Madyopura, 15 menit kemudian kami sudah sampai di Tumpang, dari pertigaan belok kanan sedikit langsung belok kiri lurus menuju coban Pelangi ( patokan arah ke coban sudah ada petunjukknya ) jam 07.25 kami sudah sampai kebetula pintu masuk masih tutup tapi kami langsung menuju coban yg jalannya tajam menurun sehingga kita harus hati-hati.
kurang lebi 20 menit kami sudah sampai langsung makan bungkusan yang kami bawa dari rumah
Setelah menikmati pemandangan coban yang menakjubkan kami langsung nah disini jalannya naik tajam sehinggga kami terpaksa harus berhenti beberapa kali.
Dipintu keluar kami dicegat penjaga karcir 3100/orang + 1500 untuk parkir sepeda.
Keluar pintu gerbang kami mencoba naik mengikuti jalan sampai didepan gapura yang ada tulisan Taman nasional Semeru Tengger, sebetulnya dari sini kami ingin langsung ke Bromo yang jaraknya sekitar 30 Km, cuma karena persiapan kami kurang terpaksa kami batalkan, dan langsung cabut menuju kota malang

Jumat, 22 Mei 2009

Gunung Pananjakan Minggu 17 Mei 2009

Gunung Pananjakan Minggu 17 Mei 2009
Setelah sholat subuh tepat jam 05.15 berangkat dari rumah bersam istri mengendarai sepeda motor shogun 2001.
sekitar 30 menit mengisi bensin di Lawang, kemudian langsung masuk kecamatan Purwodadi Pasuruan menuju arah Nongkojajar dengan melalui 2 desa jaitu cowek dan Geboh sampai di Nongkojajar istirahat sejenat sambil sarapan pagi dengan masing-masing 1 piring rawon , empal + 3 tempe dan 2 gelas teh hangatyang harganya sangat murah banget yaitu Rp 12.000,-, jam 07.00 kami suami istri melanjutkan perjalanan menuju Tosari dengan melalui kurang lebih 2 atau 3 desa, dari Tosari langsung menuju Wonokitri desa terakhir menuju Penanjakan.
Sampai Digunung Pananjakan jam 08.45 alhamdulillah semua keletihan hilang tersihir oleh keindahan alam yang menakjubkan.
Kurang lebih satu jam kami langsung kembali kekota malang tepatnya di Sawojajar Malang tepat jam 12.15 langsung nonton TV.

Disini kami membuktikan semangat mengalahkan ketakutan, keraguann ataupu kekhawatiran
bersambung.......

Senin, 30 Maret 2009

Foto pernikahan


Tulung agung 31 desember 1987

picasa wab Album

album foto-foto-ku http://picasaweb.google.com/home?source=bloggerdashboard&pli=1&gsessionid=oZIonkG3aaU9xoZGWALzQw

Jumat, 27 Maret 2009

HAMKA, Ulama Mumpuni, Penyejuk Hati

M. Nurul Amin
Ayah, itu pikiran di benakku ketika membeli buku Mengenang 100 Tahun Haji Abdul Malik Karim Amrullah, HAMKA, di Masjid Agung Al Azhar, Kebayoran Baru, Jakarta, pertengahan Ramadhan kemarin. HAMKA bukan ayahku, juga bukan guruku, sehingga harus kupanggil guru atau ayah. Tapi HAMKA mengingatkan akan almarhum ayah.
Ya, dari ayah akhirnya aku tahu siapa HAMKA. Betapa tidak, setiap membangunkan aku untuk sholat subuh, di masa kanak-kanak, ayahku selalu memperkeras suara radio yang saat itu tengah menyampaikan ceramah kuliah subuh. Kudengar suara itu begitu lembut, halus dan santun, membuat damai di hati. Meski kantuk merona dan dingin mengelana di sekujur jiwa, suara itu membangunkanku. Ya, suara itu membangunkanku, suara HAMKA.
Dari ayah, aku juga akhirnya tahu, kalau HAMKA itu ulama yang alim, mumpuni, sekaligus tokoh bangsa yang ikhlas, intelektual yang berkualitas dan pujangga sekaligus pejuang lewat karya sastranya. Aku tahu itu semua dari buku-buku tulisan HAMKA yang dibaca ayahku. Aku juga akhirnya tahu, kalau HAMKA itu ahli tafsir. Aku tahu itu, setelah ayahku meminta tolong padaku untuk membelikan seri buku Tafsir Al Azhar di toko buku langganan ayahku di kawasan Tanjung Priok.
Almarhum ayahku memberikan warisan yang berharga, ilmu dan kearifan. Dan, ilmu itu, kearifan itu, ada pada diri HAMKA!
Kini, sulit untuk ditemui seseorang yang mempunyai kearifan dan keihklasan sekaliber HAMKA. Soekarno, sosok yang dikaguminya di masa awal perjuangan kemerdekaan Indonesia, kawan dalam suka dan derita, di puncak kekuasaannya memenjarakan HAMKA selama 2,5 tahun, hanya karena fitnah yang disebar kepada sosok HAMKA. Saat Soekarno terbujur kaku, lepas lunglai segala kekuasaannya, terpisah nyawa dari badan, HAMKA menjadi imam sholat jenazahnya. HAMKA memaaafkannya.
Pramoedya Ananta Toer, sastrawan yang banyak dipuji karena tulisannya, tak kunjung usai menyerang dan memojokkan HAMKA lewat tulisan-tulisan di harian berhaluan kiri di masa demokrasi terpimpin. Tercorenglah citra HAMKA. Saat Pram meminta calon menantunya, Daniel, untuk belajar Islam kepada HAMKA, keikhlasan HAMKA tersembul. Ia hanya tersenyum dan menuntun Daniel belajar agama Islam.
Saat banyak orang mendesak HAMKA menuntut balik semua orang yang memenjarakannya, HAMKA menyatakan mereka semua orang yang berjasa pada dirinya. Karena merekalah, Tafsir Al Azhar tercipta, dari balik jeruji penjara, tempat ia merenungkan keagungan ayat-ayat Tuhan. HAMKA memaafkan mereka.
Saat pemerintah Orde Baru meminta HAMKA mencabut pernyataannya, soal perayaan natal bersama, HAMKA memilih meletakkan jabatan sebagai Ketua Majelis Ulama Indonesia. HAMKA rela, demi sebuah kata yang telah diucapkannya.
Kini, mudah ditemui orang berilmu, tetapi sulit ditemui orang yang mengamalkannya. HAMKA, melaluinya, di pagi hari tak lekang waktunya untuk memimpin sholat subuh berjamaah di masjid sepanjang tahun, mengisi ceramah sejak pagi hingga malam, hampir setiap hari di manapun ia berada. Semuanya dilakukan dengan ikhlas dan santun.
Satu yang tak terlupakan oleh HAMKA, tak ada waktu untuk tidak menulis, di manapun ia. Terciptalah mulai dari buku agama Lembaga Hidup, Tasauf Modern, novel Tenggelamnya Kapal Van Der Wijk, Di Bawah Lindungan Ka’bah, dan yang paling fenomenal Tafsir Al Azhar. Ratusan buku ditulisnya, ribuan ceramah dilakukannya dan Masjid Al Azhar didirikannya. HAMKA mengamalkan apa yang dimilikinya.
Karyanya diakui. Universitas Al Azhar Mesir bahkan memberikan gelar Doktor Honoris Causa yang belum pernah diberikan sebelumnya kepada orang asing atas kegemilangan intelektual HAMKA.
****
Seabad usia HAMKA dikenang dalam sebuah buku, memuat banyak hal soal Ulama ini. Dikenang banyak orang, disayang oleh kawan. Ilmu, kearifan dan keikhlasan adalah suri tauladan yang diberikan oleh pribadi nan sejuk, bak mata air kehidupan.
Seandainya kini, Soekarno masih memimpin negeri, Pramoedya Ananta Toer masih ada, tajam dan bergigi, dan Universitas Al Azhar Mesir berdiri di sisi Fahri, pemuda alim dalam novel Ayat-ayat Cinta yang disuka muda-mudi, HAMKA pasti masih kokoh berdiri, menyampaikan kebenaran sejati lewat ayat Tuhan dan kata penuh arti serta tulisan yang tak kunjung henti.
Kelok 44, berujung Danau Maninjau, Sumatera Barat, aku berhenti dari sebuah perjalanan, dari rantau, Pariaman, tempat ayahku menjejak kaki mencari ke-alim-an. Kelok itu sangat tajam, tapi Maninjau tempat HAMKA dilahirkan membuat hati tenteram dalam kemilau air danau yang menawarkan dahaga kedamaian.
Akankah ada HAMKA lain di negeri ini…? semoga bermanfaat